03 Oktober 2014

Kebenaran al-Quran Tentang Ilmu Pengetahuan (Bagian ke-2)


Abdul Rozak Ali Maftuhin

ذَلِكَ الْكِتَابُ لا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ
“Kitab (al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,” (QS. al-Baqarah: 2)

Pernyataan al-Quran sebagai sumber dari segala sumber ilmu pengetahuan tampaknya sudah tidak asing lagi di telinga. Tapi, jika membaca sendiri mana ayatnya, lalu mana ilmu pengetahuan yang didapatkan dari ayat tersebut, mungkin itu yang akan lebih menggetarkan hati. Kita bisa memikirkan bahwa ayat-ayat tersebut diturunkan ke muka bumi ini jauh sekali sebelum ilmu pengetahuan ditemukan, hingga menjadi sebuah teori pengetahuan oleh beberapa ahli. Hal ini menunjukkan bahwa al-Quran memang mukjizat sepanjang masa. Tulisan yang akan diulas kali ini adalah lanjutan dari tulisan sebelumnya mengenai kebenaran al-Quran.
Sebentar lagi akan memasuki bulan suci Ramadhan. Dalam bulan itu, umat Islam berbondong-bondong untuk berpuasa secara serentak. Namun sayangnya, di bulan yang penuh berkah itu, umat Islam di Indonesia masih banyak berselisih tentang kapan waktu awal puasa dan kapan waktu Hari Raya. Hal ini dipicuh karena adanya dua pendapat yang berbeda, yang mana sebagian ada yang menggunakan perhitungan hisab atau astronomi untuk menentukan awal puasa, dan sebagian lain menggunakan metode rukyatul hilal untuk menentukan awal puasa. Sebenarnya, kedua pendapat itu ada dasarnya dari Nabi Muhammad SAW. Namun, kali ini penulis lebih fokus menjabarkan tentang pedapat pertama, yakni perhitungan hisab sebagai ilmu pengetahuan.
Di bawah ini adalah ayat tentang perhitungan hisab untuk menentukan awal puasa yang penulis peroleh dari beberapa sumber beserta ilmu terapannya yang masih berlaku hingga saat ini dan seterusnya.
هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَلِكَ إِلا بِالْحَقِّ يُفَصِّلُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan Dialah yang menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui bilangan tahun, dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan demikian itu melainkan dengan benar. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.” (QS. Yunus: 5)
Bulan sudah memiliki manzilah atau tempat dalam perjalananya. Dengan demikian, bulan pasti akan beredar sesuai dengan apa yang sudah ditentukan Allah, tak lebih dan tak kurang. Ayat ini mengandung makna adanya ilmu hisab atau perhitungan waktu. Dalam terjemahan di atas, Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Allah menciptakan yang demikian dengan hak. Jadi, sudah tidak ada lagi keraguan akan manzilah-manzilah itu. Kita bisa mengukur waktu itu dengan perhitungan hisab. Allah menciptakan yang demikian agar kita (manusia) mengetahui kebesaran Allah melalui ciptaan-Nya sebagaimana di ayat akhir berbunyi kepada orang-orang yang mengetahui. Sudah jelas bisa dikatakan kalau ilmu hisab adalah kebenaran bagi mereka yang mengetahui.
Inilah tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah yang diperlihatkan kepada manusia melalui segala yang telah diciptakan-Nya. Yang mana dalam penciptaan itu, semua dipersembahkan untuk manusia dan untuk dikelola manusia. Dalam penciptaan itu juga terdapat banyak sekali ilmu-ilmu yang dapat diberdayakan manusia. Sebuah misal, antara matahari dengan bulan tidaklah sama. Matahari bersinar dan menyilaukan dengan panas yang dihasilkan dari matahari sendiri. Sedangkan bulan bercahaya dan redup karena cahaya bulan sendiri merupakan pantulan dari sinar matahari. Bukan hanya itu, Allah juga yang menciptakan tempat beredarnya planet-planet di ruang angkasa agar tidak bertabrakan.
Berkenaan dengan waktu penentuan awal puasa, untuk apa Allah menciptakan matahari dan bulan? Tujuanya adalah agar manusia mengetahui jumlah perhitungan waktu, abad, tahun, bulan, minggu, hari, jam, menit, dan detik. Apabila bulan purnama, bulan itu menunjukan bahwa waktu itu sedang berada di pertengahan bulan. Bulan sabit sebagai tanda awal dari datangnya bulan yang baru. Semua itu adalah kehendak Allah. Dan semua itu dipersembahkan untuk manusia. Agar manusia juga bisa menentukan perhitungan waktu secara tepat.
Dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat pesat, kini manusia sudah bisa menentukan awal puasa dan akhir dengan ilmu hisab. Dan al-Quran surat Yunus ayat 5 itu menjadi jawaban atas keraguan manusia akan ilmu hisab. Allah mengatakan dalam ayat itu, bahwa Dia menciptakan siklus perjalanan matahari, bumi dan bulan dengan hak. Yang artinya sudah pasti dalam perjalanannya, dan dengan kepastian itu dapat dijadikan sebuah ilmu pengetahuan serta dengan pengetahuan itu bisa dimanfaatkan oleh manusia. Penulis kembali menegaskan, bahwa dengan adanya ilmu hisab atau astronomi, kini manusia sudah bisa menentukan awal dan akhir puasa dengan tepat.
Sungguh, di dalam al-Quran terdapat banyak sekali ilmu pengetahuan. Namun sangat disayangkan, umat Islam sebagai pemilik kitab suci kebanyakan tidak mengetahui ilmu yang tersirat dalam ayat-ayat suci. Sebaliknya, mereka yang non-muslim justru lebih menggali al-Quran dan menemukan ilmu pengetahuan yang sangat luar biasa. Untuk itu, penulis mengajak kepada segenap pembaca untuk merenungkan. Bahwa al-Quran bukan sebuah benda, bacaan ataupun koleksi. Akan tetapi, al-Quran adalah sumber ilmu pengetahuan dan pedoman umat Islam untuk kebahagiaan dunia dan akhirat. Marilah senantiasa menggali dan mendalami ayat demi ayat yang terkandung dalam al-Quran dan temukanlah hal-hal yang luar biasa.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2014/06/22/53532/kebenaran-al-quran-tentang-ilmu-pengetahuan-bagian-ke-2/#ixzz3F6AyfHIC

Posting Komentar

 
Copyright © 2014 LKP MASTERSKIL